Kamis, 20 Desember 2012

Sejarah Bonek "supporter Persebaya"

Istilah bonek muncul secara tiba-tiba. Nama besarnya pun ada karena media masa. Awalnya, bonek mempunyai reputasi bagus, namun dalam perkembangannya, lebih berkonotasi negatif.
Berawal dari sebutan populer untuk suporter Persebaya (kala itu "Green Force"). Antusias tak hanya datang dari Surabaya, namun dari kota-kota besar di Jawa Timur. Begitu antusiasnya Jawa Pos, sampai dalam headline news tertulis "Hijaukan Senayan" dan sambutan masyarakat Surabaya serta Jawa Timur pun luar biasa.
Modal tekad menghijaukan Senayan begitu menggebu. Yang punya duit pas-pasan masih punya cara menggandol truk secara estafet dari Surabaya-Jakarta sambil ngamen. Bahkan ada yang berangkat jauh-jauh hari ke Jakarta (meski Persebaya belum tentu masuk final) dengan menumpang kereta Pertamina yang jalannya bak keong..., yang penting sampai Jakarta.
Semangat positif dan antusiasme tanpa ANARKIS dan KERUSUHAN dengan melibatkan masa banyak itulah yang mendapatkan acungan jempol banyak kalangan di Indonesia kala itu.
Sebagai catatan:
- Menghijaukan Senayan dengan 110 ribu penonton dari Surabaya dan Bandung. Jumlah suporter Persebaya sekitar 40%. Ini merupakan rekor jumlah penonton yang barangkali rekor ini belum terpecahkan.
- Semangat heroik suporter Persebaya yang memanjat dan merayab sampai atap Senayan yang berbentuk lingkaran hanya untuk membentangkan spanduk super raksasa yang berwarna hijau bertuliskan "Merah Darahku Putih Tulangku Bersatu dalam Semangatku".
Semangat dengan berbagai cara yang HALAL untuk datang mendukung Persebaya ke Senayan membuat beberapa media masa, terutama Jawa Pos sebagai pelopornya, mengistilahkan BONEK, tidak ditunjukkan oleh generasi bonek-bonek saat ini yang justru nekad menghalalkan segala cara.
Kesalahan terjadi karena:
- Bonek sebelumnya yang tidak meninggalkan warisan reputasi bagusnya.
- Media masa yang kadang cenderung mengompori dan membenarkan.
- Salah kaprah tekad dan modal nekad serupa tak sama. Tekad lebih ke semangat untuk melakukan tindakan, sedangkan nekad lebih ke tindakan yang dilakukannya. Seharusnya bondo tekad, bukan bondo nekad, namun untuk kemudahan pengucapan cenderung BondoNekad alias BONEK.
Perjalanan Persebaya sebagai klub kebanggaan kota Surabaya beberapa tahun terakhir terkesan mandul. Ini seiiring larangan dan sanksi yang mesti diterima  karena ulah BONEK yang cenderung brutal.
Memasuki laga LPI (Liga Primer Indonesia), Persebaya mempunyai nama baru. Meski Persebaya mempunyai dua nama rupanya BONEK tetap satu. Mudah-mudahan nama baru Persebaya di LPI, bisa diikuti pembaruan ulah BONEK-nya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar